Bertempat di Pratin Kutabawa Banjarnegara 27/08/2023, ORARI Lokal Purbalingga menyelenggarakan latihan bersama Lomba ARDF Standar IARU dengan system standar internasional / IARU Classic.
ARDF atau Amateur Radio Direct Finding yang dikenal juga dengan istilah Fox Hunting merupakan salah satu kegiatan di amatir radio. Kegiatan ini menggabungkan ketrampilan dalam mencari sebuah beacon atau sinyal dari radio yang disembunyikan di tempat tertentu biasanya menggunakan sebuah finder antena pengarah. ARDF atau Fox Hunting dapat dilakukan dengan cara jalan kaki (walking) maupun menggunakan mobil.
Berbeda dengan Lomba ARDF pada umumnya, kegiatan latihan bersama Lomba ARDF Standar IARU di Banjarnegara ini menerapkan system standar aturan Kejuaraan Dunia. Aturan ARDF Championship ini dibuat dan dikembangkan oleh IARU dan telah diterapkan oleh IARU Region 1 sampai dengan Region 3. Aturan ini sering disebut aturan “IARU – Classic”. Lomba fox hunting dengan mengikuti system standar IARU ini pernah dilakukan juga pada saat kegiatan Family Gathering NCS Call Area 2 di Banjarnegara beberapa waktu yang lalu.
Wely Eko Raharjo – YC2DSV menuturkan tujuan latihan ARDF dengan menerapkan system standar “Peraturan Lomba” Kejuaraan Dunia ini nantinya agar dapat menciptakan bibit-bibit pemain (atlit) sehingga berkesempatan dapat ikut serta dalam kejuaraan tingkat dunia. Selain itu Fox Hunting juga dapat digunakan membantu pemerintah dalam penertiban frekuensi dengan mencari sinyal gelap atau yang melanggar.
Sementara itu ketua ORARI Lokal Purbalingga, Agus Murbiantoro – YG2CPR yang membuka acara di kegiatan ini dalam sambutannya sangat mensupport penuh kepada semua peserta. Peserta yang hadir dari berbagai daerah itupun menyambut baik dan sangat senang dengan hobby Amateur Radio yang beragam ini.
Sebagai pembicara untuk menyampaikan materi dalam latihan bersama yaitu ketua komunitas ARDF, Harsono Widjajanto – YB2JXC dan Wely Eko Raharjo – YC2DSV perakit fox dan pencipta 2DSV logger. Dalam materi extibition ARDF ini menjelaskan apa saja aturan dalam mengikuti Lomba ARDF Standar IARU dengan system standar internasional / IARU Classic.
Berikut adalah aturan IARU Classic FOX Hunting / ARDF Standar IARU
Dalam kejuaraan dunia ARDF terdapat 5 (lima) buah FOX atau beacon yang harus dicari oleh masing-masing peserta pada rentang waktu yang telah ditentukan (biasanya 2 jam – 3 jam per peserta). Masing-masing beacon atau transmiter fox (fox 1 s/d 5) akan memencarkan sinyal dengan kode morse yang unik pada frekuensi yang sama secara berurutan dan bergantian.
Misalnya pada fox 1 memancarkan sinyal dengan kode morse “MOE’ (_ _ _ _ _ .) selama 1 menit dan kemudian akan mati. Selanjutnya fox2 akan memancarkan sinyal dengan kode morse “MOI” (_ _ _ _ _ . . ) selama satu menit dan mati. Kemudian ganti fox3 memancarkan kode morse “MOS” (_ _ _ _ _ . .) selama satu menit dan kemudian mati juga, selanjutnya fox4 dengan kode morse “MOH” (_ _ _ _ _ . . . .) selama satu menit memancar kemudian mati. Setelah fox4 mati berganti dengan fox5 memancarkan kode morse “MO5” (_ _ _ _ _ . . . . .)selama satu menit kemudian mati. Setelah fox5 mati kembali fox1 memancarkan sinyal dengan kode morsenya dilanjutkan fox2 dan seterusnya setiap fox akan mengulang sesuai urutan.
Pada kejuaraan ARDF Dunia setiap peserta dalam melakukan START tidak bersamaan, namun satu persatu dengan jarak waktu start tiap peserta adalah 5 menit. Sebagai contoh misalnya lomba dimulai pada pukul 08.00 UTC dengan START pertama adalah YC2DSV, peserta kedua YC2TFB akan melakukan START 08.05 UTC. Demikian juga misalnya peserta ke-3 adalah YC2CUS akan melakukan start pada pukul 08.10 UTC, dan seterusnya peserta berikutnya selang tiap lima menit.
Dalam kejuaraan dunia ARDF pemain (atlit) tidak boleh menggunakan alat pencarinya (finder) sebelum melakukan START. Satu jam sampai dengan 30 menit menjelang START dan semua finder peserta akan ditempatkan pada zona karantina oleh juri/panitia lomba. Panitia baru akan menyerahkan Finder atau alat pencari sinyal tersebut kepada peserta menjelang melakukan START.
Setiap peserta boleh menyiapkan finder cadangan apabila finder mengalami kerusakan, namun juga harus berada pada zona karantina. Jika terjadi kerusakan pada finder, peserta dapat kembali ke zona karantina untuk mengambil finder cadangan dan meneruskan pencariannya.
Selama berlomba peserta dilarang keras membawa alat elektronik lainnya kecuali finder, kompas dan peta lokasi lomba sebagai alat pendukung. Juri/panitia dapat mendiskualifikasi peserta jika melakukan pelanggaran ini.
Pada lomba ini tiap peserta mendapatkan batas waktu pencarian (Time Limit) tertentu (biasanya 2 atau 3 jam) secara penuh dari waktu peserta melakukan START. Contonya jika YC2DSV start pukul 08.00 UTC dan time limitnya 2 jam, maka YC2DSV mempunyai batas waktu smpai dengan pukul 10.00 UTC untuk melakukan pencarian fox. Jika telah melewati batas waktu atau time limit, fox yang diperoleh tidak akan dihitung. Bahkan pada Kejuaraan Dunia tertentu peserta yang melewati TIME LIMIT belum kembali ke titik START atau FINISH dinyatakan gugur dan perolehan fox-nya dianggap hangus.
Peserta lomba bebas menentukan fox mana yang terlebih dulu dicari dan ditemukan. Bagi peserta dengan perolehan fox tercepat dan terbanyak akan menjadi penentu utama dalam penilaian hasil lomba oleh juri.
Disinilah strategi bermain dari peserta menjadi faktor sangat penting untuk mendapatkan kemenangan dalam lomba secara sportif. Selain itu strategi dan kebugaran fisik menjadi faktor utama dalam menggunakan aturan internasional ini.
Sumber/Kontributor: Wely Eko Raharjo – YC2DSV
Source IMG: Kuswanto – YC2CUS