ORARI Lokal Kota Magelang bersinergi dengan pemerintah Kota Magelang mengadakan kegiatan Special Call 8A1116MGL Hari Jadi Kota Magelang ke-1116 tahun.
Ketua ORARI Lokal Kota Magelang Kelik Sardjana, YB2SAE menyampaikan selama ini ORARI Lokal Kota Magelang turut ikut berpartisipasi mempromosikan Kota Magelang melalui komunikasi radio ke seluruh penjuru nusantara bahkan ke mancanegara sehingga di harapkan pesona wisata di Kota Magelang selalu dikenal.
Dalam kondisi masih pandemi covid-19 kegiatan Special Event Station dilaksanakan dengan memperhatikan protokol kesehatan dan dilaksanakan secara sederhana.
Kegiatan ini akan berlangsung dari tanggal 09 s/d 11 April 2022 sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang sudah dibuat oleh panitia. Diharapkan semua anggota amatir yang ada di Indonesia dan mancanegara dapat turut berpartisipasi.
Sertifikat bisa downlaod pada web https://orlokmagelang.or.id/index.php/e-sertifikat
Ada Door Prize dari Panitia Pulsa untuk 20 peserta, untuk peserta yang beruntung bisa dicek melalui web https://orlokmagelang.or.id/index.php/doorprize
Untuk tema hari jadi Kota Magelang ke 1116 tahun, “Magelang Maju Masyarakat Bahagia”.
Download JUKLAK Special Call 8A1116MGL
Source: ORARI LOKAL Kota Magelang
https://orlokmagelang.or.id/index.php/2022/03/26/ses-8a1116mgl/
Sejarah Kota Magelang
Untuk mengikuti Special Call 8A1116MGL, ada baiknya kita tengok sejarah kota Hari Jadi Kota Magelang.
Hari Jadi Magelang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989, bahwa tanggal 11 April 907 Masehi merupakan hari jadi. Penetapan ini merupakan tindak lanjut dari seminar dan diskusi yang dilaksanakan oleh Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Magelang; bekerjasama dengan Universitas Tidar Magelang dengan dibantu pakar sejarah dan arkeologi Universitas Gajah Mada, Drs.MM. Soekarto Kartoatmodjo, dengan dilengkapi berbagai penelitian di Museum Nasional maupun Museum Radya Pustaka-Surakarta.
Kota Magelang mengawali sejarahnya sebagai desa perdikan Mantyasih, yang saat ini dikenal dengan Kampung Metesehdi Kelurahan Magelang. Mantyasih sendiri memiliki arti beriman dalam Cinta Kasih. Di kampung Meteseh saat ini terdapat sebuah lumpang batu yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan Sima atau Perdikan.
Untuk menelusuri kembali sejarah Kota Magelang, sumber prasasti yang digunakan adalah Prasasti POH, Prasasti GILIKAN dan Prasasti MANTYASIH. Ketiganya merupakan parsasti yang ditulis diatas lempengan tembaga.
Prasasti POH dan Mantyasih ditulis zaman Mataram Hindu saat pemerintahan Raja Rake Watukura Dyah Balitung (898-910 M), dalam prasasti ini disebut-sebut adanya Desa Mantyasih dan nama Desa Glangglang. Mantyasih inilah yang kemudian berubah menjadi Meteseh,sedangkan Glangglang berubah menjadi Magelang.
Dalam Prasasti Mantyasih berisi antara lain, penyebutan nama Raja Rake Watukura Dyah Balitung, serta penyebutan angka 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Sçara atau Sabtu, dengan kata lain Hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907. Dalam Prasasti ini disebut pula Desa Mantyasih yang ditetapkan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung sebagai Desa Perdikan atau daerah bebas pajak yang dipimpin oleh pejabat patih. Juga disebut-sebut Gunung SUSUNDARA dan WUKIR SUMBING yang kini dikenal dengan Gunung SINDORO dan Gunung SUMBING.
Begitulah Magelang, yang kemudian berkembang menjadi kota selanjutnya menjadi Ibukota Karesidenan Kedu dan juga pernah menjadi Ibukota Kabupaten Magelang. Setelah masa kemerdekaan kota ini menjadi kotapraja dan kemudian kotamadya dan di era reformasi, sejalan dengan pemberian otonomi seluas – luasnya kepada daerah, sebutan kotamadya ditiadakan dan diganti menjadi kota.
Ketika Inggris menguasai Magelang pada abad ke 18, dijadikanlah kota ini sebagai pusat pemerintahan setingkat Kabupaten dan diangkatlah Mas Ngabehi Danukromo sebagai Bupati pertama. Bupati ini pulalah yang kemudian merintis berdirinya Kota Magelang dengan membangun Alun – alun, bangunan tempat tinggal Bupati serta sebuah masjid. Dalam perkembangan selanjutnya dipilihlah Magelang sebagai Ibukota Karesidenan Kedu pada tahun 1818.
Setelah pemerintah Inggris ditaklukkan oleh Belanda, kedudukan Magelang semakin kuat. Oleh pemerintah Belanda, kota ini dijadikan pusat lalu lintas perekonomian. Selain itu karena letaknya yang strategis, udaranya yang nyaman serta pemandangannya yang indah Magelang kemudian dijadikan Kota Militer: Pemerintah Belanda terus melengkapi sarana dan prasarana perkotaan. Menara air minum dibangun di tengah-tengah kota pada tahun 1918, perusahaan listrik mulai beroperasi tahun 1927, dan jalan – jalan arteri diperkeras dan diaspal.
Source: http://www.magelangkota.go.id/direktori/content/7/sejarah-kota-magelang