ACEH – Warga di sejumlah daerah yang terdampak bencana di Aceh telah mulai kibarban bendera putih di ruas-ruas jalan utama sebagai simbol permohonan bantuan darurat dari dunia internasional. Pemasangan bendera putih ini adalah manifestasi dari rasa putus asa dan dianggap sebagai tanda darurat oleh masyarakat setempat, yang menilai penanganan bencana oleh pemerintah pusat berjalan lambat.
Simbol Permohonan Bantuan Internasional
Bendera-bendera putih tersebut diikat pada kayu dan ditancapkan di sepanjang jalan utama, terutama di ruas Jalan Banda Aceh-Medan. Titik-titik pemasangan bendera tersebar luas, mencakup wilayah Aceh Tamiang, Langsa, Aceh Timur, Aceh Utara, dan Bireun. Di beberapa lokasi, bendera terlihat dipasang di sisi kiri dan kanan jalan, serta di jembatan. Aksi ini merupakan seruan keras warga yang memohon campur tangan dan bantuan internasional untuk menangani dampak bencana yang meluas di Tanah Rencong.
Penanganan Pemerintah Dinilai Lambat
Sorotan tajam diarahkan kepada Pemerintah Pusat, khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang dinilai lambat dalam merespons situasi. Kondisi di lapangan menunjukkan minimnya respons teknis yang memadai dari pihak pemerintah. Masyarakat korban bencana merasa bahwa penanganan yang dilakukan sejauh ini belum mampu memenuhi kebutuhan mendesak mereka.
Kondisi janggal ini memunculkan kesan kuat mengenai kurangnya komitmen pemerintah dalam mengambil langkah cepat dan strategis untuk menangani bencana dengan dampak yang sangat luas ini.
Wilayah Terisolir dan Akses Sulit
Selain minimnya bantuan, situasi semakin diperparah dengan masih terisolasinya sejumlah wilayah. Beberapa kawasan di Aceh Tengah dilaporkan masih sulit diakses. Akses darat tidak sepenuhnya dapat dilalui, dan jalur alternatif yang tersedia pun membutuhkan biaya yang sangat tinggi, menambah beban penderitaan masyarakat di daerah tersebut.
Narasi ini bersumber dari postingan media sosial oleh akun @maulanazulkifli_dns07, yang menyoroti situasi darurat kemanusiaan di Aceh.


