Purworejo, 31 Juli 2025 – Koordinator Communications and Rescue (CORE) ORARI Lokal (Orlok) Kabupaten Purworejo, Wahyu Wijatmiko (YD2CQF), hari Rabu 30 Juli 2025 dipercaya oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo untuk memberikan pelatihan penting mengenai Tata Cara Membangun Komunikasi Radio yang Baik dan Benar saat Kebencanaan.
Kegiatan yang diikuti oleh 30 peserta ini berlangsung sukses, melibatkan tim Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops), Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD, serta berbagai relawan kebencanaan lainnya. Setelah sesi pemaparan materi, seluruh peserta langsung mempraktikkan ilmu yang didapat di lapangan, tepatnya di Bumi Perkemahan Heroes Park Purworejo.
Pelatihan dan pemberian materi tata cara komunikasi dalam kebencanaan ini merupakan bentuk komitmen ORARI dan BPBD Purworejo bersinergi dalam siaga bencana.
”Komunikasi radio yang efektif dan benar adalah kunci vital dalam setiap operasi kebencanaan. Kami sangat mengapresiasi kesempatan dari BPBD Purworejo untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan ini,” ujar Wahyu Wijatmiko. “Dengan latihan praktis seperti ini, diharapkan para peserta dapat mengaplikasikan standar komunikasi yang tepat, sehingga koordinasi saat terjadi bencana bisa berjalan lebih lancar dan efektif, yang pada akhirnya akan sangat membantu upaya penyelamatan dan penanganan dampak bencana.”
Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan seluruh elemen penanggulangan bencana di Kabupaten Purworejo. Diharapkan, dengan kemampuan komunikasi radio yang mumpuni, respons terhadap situasi darurat dapat dilakukan dengan lebih cepat dan terkoordinasi.
Berikut beberapa contoh materi tentang Tata Cara Membangun Komunikasi Radio yang Baik dan Benar saat Kebencanaan.
Prinsip Dasar Komunikasi Kebencanaan
- Pentingnya Kesabaran dan Ketelitian: Di tengah kekacauan, kita harus tetap tenang dan fokus. Setiap informasi yang disampaikan harus akurat dan jelas agar tidak menimbulkan kebingungan atau kepanikan.
- Efisiensi Waktu dan Saluran: Jangan membuang-buang waktu dengan pembicaraan yang tidak relevan. Saluran komunikasi radio sangat terbatas dan vital. Gunakan secara bijak.
- Prioritas Lalu Lintas Komunikasi: Pahami urutan prioritas panggilan darurat. Panggilan yang menyangkut nyawa atau keselamatan jiwa selalu menjadi yang utama.
Etika dan Prosedur Komunikasi
- Penggunaan Kode dan Bahasa Standar: Kita perlu menggunakan kode-kode standar (misalnya, Q-code, sandi fonetik) dan bahasa yang ringkas dan lugas. Hindari penggunaan bahasa daerah, slang, atau singkatan yang tidak umum.
- Identifikasi Diri dengan Jelas: Setiap kali memulai komunikasi, identifikasi diri dan stasiun Anda dengan jelas (misalnya, “Ini [Callsign Anda] dari [Lokasi Anda]”).
Tata Cara Panggilan dan Penutupan:
- Panggilan Awal: Ucapkan panggilan dengan jelas dan singkat, misalnya, “Stasiun [Callsign Tujuan], ini [Callsign Anda], apakah monitor?”
- Menunggu Respon: Berikan jeda yang cukup untuk stasiun tujuan merespon. Jangan terburu-buru mengulang panggilan.
- Penutupan: Setelah selesai berkomunikasi, ucapkan “Roger” atau “Over and Out” untuk mengakhiri percakapan.
Isi Pesan yang Efektif
Penyampaian Informasi Penting (5W+1H):
- What (Apa): Apa yang terjadi? (Jenis bencana, dampak)
- Where (Di Mana): Lokasi kejadian yang spesifik.
- When (Kapan): Waktu kejadian atau waktu pelaporan.
- Who (Siapa): Siapa yang terdampak atau siapa yang melapor.
- Why (Mengapa): Jika relevan, mengapa hal itu terjadi.
- How (Bagaimana): Bagaimana kondisi saat ini, atau apa yang dibutuhkan.
Fokus pada Fakta, Bukan Opini: Sampaikan informasi berdasarkan pengamatan langsung atau data yang valid. Hindari spekulasi atau rumor.
Permintaan Bantuan yang Spesifik: Jika Anda meminta bantuan, jelaskan dengan rinci jenis bantuan yang diperlukan (medis, evakuasi, logistik, dll.) dan jumlahnya jika memungkinkan.
Pengelolaan Frekuensi dan Jaringan
- Memahami Frekuensi Darurat: Kita harus mengetahui dan memantau frekuensi darurat yang telah ditetapkan oleh lembaga terkait (misalnya, Basarnas, BNPB, atau ORARI).
- Pencegahan Overload Jaringan: Saat bencana, banyak orang akan mencoba berkomunikasi. Kita harus menahan diri untuk tidak membanjiri frekuensi dengan percakapan tidak penting.
- Peran Relay Stasiun: Jelaskan bagaimana stasiun relay atau repeater bekerja untuk memperluas jangkauan komunikasi, dan bagaimana cara menggunakannya dengan benar.
Hal Penting Lainnya
- Kesiapan Peralatan: Pastikan radio, antena, baterai cadangan, dan power supply berfungsi dengan baik sebelum dan saat bencana.
- Latihan Rutin (Simulasi): Kita perlu melakukan simulasi komunikasi kebencanaan secara berkala. Latihan ini akan membantu kita terbiasa dengan prosedur dan mengatasi tekanan saat situasi sebenarnya.
- Koordinasi dengan Pihak Berwenang: Jaringan radio amatir sering kali bekerja sama dengan lembaga penanggulangan bencana. Kita harus memahami rantai komando dan prosedur koordinasi.
Dengan memahami dan menerapkan tata cara ini, kita dapat menjadi bagian penting dalam upaya penanggulangan bencana melalui komunikasi radio yang efektif dan bertanggung jawab. (2/TFB)
Kontribusi; Aden – YC2MQI